Senin, 24 September 2012

haru

Ijabku diujung senja, tak henti mengalir bagai bulir pasir-pasir sahara menuju pusara… sementara embun-embun penuh durja menetes menghilang tak berbayang…
Disini, saat ini menengadah leherku kelautan diatas
Berharap Sang Penguasa Alam Semesta turunkan cahya senja nan elok
Namun angkuhnya hawa panas menutupi cahyanya, sementara pasir-pasir sahara mengalun melodi kesunyian duniawi
Langkahku tak henti menggerus kerikil, menapak terjalnya batu-batu panas
Fatamorgana bagaikan cermin nan elok rupawan namun hanya sebuah tipuan
Hingga akhirnya dibalik sorot tajam surga duniawi
Sepasang mata elok melumpuhkan pijakan kaki lumpuhku yang pekat hitam
Mata yang mampu menjadi lentera kala jalanku penuh kegelapan, cahyanya bagai senja-senja merah jingga
Itulah matamu melumpuhkan gelap hatiku, terangkan gerik langkahku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar